Selasa, 20 Januari 2009

Dokter Mata buat Strabismus

Assalamu'alaikum,

Sahabat jika diantara keluarga kita ada yang STRABISMUS jangan panik...teknologi kedokteran mata saat ini khususnya di Indonesia sudah bisa menyembuhkan atau mengurangi gangguan tersebut.

Tepatnya 3 tahun lalu putri saya juga mengalami hal tersebut, setelah dipikir-pikr dan berdiskusi dan bertanya kesemua orang yang juga mengalami hal serupa maka di putuskanlah operasi mata buat putri saya, walau dengan perasaan khawatir namun atas izin Alloh SWT akhirnya anak saya berhasil operasi matanya dibantu oleh seorang Dokter Spesialis mata yang spesial buat keluarga kami dan sampai saat ini kami masih sering bersilaturahmi ke Dokter tersebut.

Kesan kami atas dokter tersebut adalah figur dokter yang Telaten, Santun, Ramah dan Yang paling penting tahu dan peduli kondisi masyarakat Kita yang terbatas dalam ekonomi.
Belia adalah Dr lembah Redati yang Prakter di Malam Rumahnya di dekat Stasiun Kramat sedangkan kalau sehari-hari selain sebagai Dosen juga praktek di RS Mata AINI.

Semoga Alloh SWT memberikan kesehatan, kemudahan dan kelapangan buat Dokter-dokter yang bekerja dengan nurani.

Wassalam,

STRABISMUS (Lazy Eye)

STRABISMUS

Mengenai STRABISMUS | Penyebab STRABISMUS | Penanganan STRABISMUS

Mengenai STRABISMUS



Strabismus atau mata juling adalah suatu kondisi dimana kedua mata tampak tidak searah atau memandang pada dua titik yang berbeda.

Dalam keadaan normal, kedua mata kita bekerja sama dalam memandang suatu obyek. Otak akan memadukan kedua gambar yang dilihat oleh kedua mata tersebut menjadi satu gambaran tiga dimensi yang memberikan persepsi jarak, ukuran dan kedalaman (depth perception).

Ada beberapa jenis strabismus yang bisa kita amati langsung dengan meminta pasien memandang lurus ke depan. Ketika satu mata memandang lurus ke depan maka mata sebelahnya dapat saja memandang ke dalam (esotropia), ke luar (exotropia), ke bawah (hipotropia) atau ke atas (hipertropia). Ini terjadi sekitar 2% pada anak-anak baik laki-laki
maupun perempuan.


esotropia



exotropia




Kenapa Mata Juling Menjadi Masalah?
Ketika kedua mata memandang tidak searah maka akan ada dua gambar yang dikirim ke otak. Pada orang dewasa hal ini menyebabkan timbulnya penglihatan ganda. Pada anak kecil, otak belajar untuk tidak menghiraukan gambaran dari mata yang tidak searah dan hanya melihat dengan menggunakan mata yang normal. Anak kemudian kehilangan persepsi jarak, ukuran dan kedalaman.

Bayi dengan strabismus yang berusia enam bulan atau lebih harus dibawa ke dokter spesialis mata anak-anak/pediatrik untuk menghindari resiko terjadinya ambliopia (menurunnya fungsi penglihatan pada satu
atau kedua mata).

Informasi ini hanyalah pedoman umum. Untuk keterangan lebih lanjut hubungi dokter spesialis mata Anda atau hubungi KLINIK MATA NUSANTARA.




Penyebab STRABISMUS

Strabismus dapat disebabkan oleh ketidak-seimbangan tarikan otot yang mengendalikan pergerakan mata, kelumpuhan otot, gangguan persyarafan atau kelainan refraksi yang tidak dikoreksi.

Anak-anak yang dilahirkan dari keluarga yang mempunyai riwayat strabismus dalam keluarganya beresiko tinggi menderita strabismus juga.

Seorang dokter spesialis mata anak/pediatrik dapat menentukan sifat strabismus tersebut dan dapat merekomendasikan penanganan yang terbaik.


Bagaimana Mengenali Strabismus?

Sebuah tanda nyata adanya strabismus adalah sebelah mata tidak lurus atau tidak terlihat memandang ke arah yang sama seperti mata sebelahnya. Kadang-kadang anak-anak akan memicingkan/menutup
sebelah matanya saat terkena sinar matahari yang terang atau memiringkan kepala mereka agar dapat menggunakan kedua matanya sekaligus.

Anak-anak yang menderita strabismus sejak lahir atau segera sesudahnya, tidak banyak mengeluhkan adanya pandangan ganda. Tetapi anak-anak yang mengeluhkan adanya pandangan ganda harus diperiksa dokter spesialis mata anak dengan seksama. Semua anak seharusnya diperiksa oleh dokter spesialis mata anak sejak dini terutama bila dalam keluarganya ada yang menderita strabismus atau ambliopia.

Bayi dan anak kecil seringkali terlihat juling. Hal ini dapat disebabkan oleh bentuk hidung yang lebar dan rata dengan lipatan kulit kelopak mata yang lebar sehingga membuat mata seakan terlihat tidak searah. Gejala strabismus semu ini akan hilang pada aat anak semakin besar. Seorang dokter spesialis mata anak dapat menjelaskan perbedaan strabismus semu dan strabismus yang sebenarnya.

Informasi ini hanyalah pedoman umum. Untuk keterangan lebih lanjut hubungi dokter spesialis mata Anda atau hubungi KLINIK MATA NUSANTARA.



Penanganan STRABISMUS

Penanganan strabismus dimaksudkan untuk melindungi fungsi penglihatan dan meluruskan mata. Semua penanganan ini dapat ditentukan oleh dokter spesialis mata sesudah memeriksa mata anak tersebut.

Kaca Mata
Jika strabismus disebabkan oleh kelainan refraksi, menggunakan kaca mata untuk menormalkan penglihatan dapat memperbaiki posisi mata.



Penutup Mata
Jika anak menderita strabismus dengan ambliopia, dokter akan merekomendasikan untuk melatih mata yang lemah dengan cara menutup mata yang normal dengan plester mata khusus (eye patch). Penggunaan plester mata harus dilakukan sedini mungkin dan mengikuti petunjuk dokter. Sesudah berusia 8 tahun biasanya dianggap terlambat karena penglihatan yang terbaik berkembang sebelum usia 8 tahun. Anak akan memerlukan kunjungan ke dokter spesialis mata secara berkala untuk mengetahui apakah penglihatan binokuler-nya sudah terbentuk seutuhnya. Penutup mata tidak meluruskan mata secara kosmetik.

Operasi
Operasi otot yang mengontrol pergerakan mata sering dilakukan agar mata kelihatan lurus. Kadang-kadang sebelum tindakan operasi, anak diberi kaca mata atau penutup mata untuk mendapatkan penglihatan yang terbaik. Anak akan memerlukan kunjungan ke dokter spesialis mata sesudah operasi untuk mengetahui perkembangan dan melanjutkan perawatan. Kadangkala untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna diperlukan lebih dari satu kali tindakan operasi.

Senin, 19 Januari 2009

TBC Anak: Bahaya Di Balik Berat Badan Merosot

TBC Anak: Bahaya Di Balik Berat Badan Merosot



Tidak hanya orang dewasa yang perlu mewaspadai TBC. Si kecil pun harus. Penyakit ini bisa timbul oleh anak yang mengisap udara yang mengadung kuman TBC. Beberapa gejala awalnya adalah si kecil gampang jatuh sakit, batuk terus-terusan, atau berat badan turun tanpa sebab.

Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular. "Pada TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi, kuman ada di dalam kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di paru-paru dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas. Nah, pada saat batuk, percikan ludahnya mengandung kuman. Ini yang biasanya terisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru," jelas Dr. dr. H. Muljono Wirjodiardjo, Sp.A(K), spesialis pulmonologi anak dari RSI Bintaro, Jakarta.

Gejala TBC sendiri tidak serta-merta muncul. Pada saat-saat awal, 4-8 minggu setelah infeksi, bisa jadi anak hanya demam sedikit. "Beberapa bulan kemudian, gejalanya mulai muncul di paru-paru. Anak batuk-batuk sedikit. Tahap berikutnya (3-9 bulan setelah infeksi), anak tidak napsu makan, kurang gairah, dan berat badan turun tanpa sebab. Juga ada pembesaran kelenjar di leher, sementara di paru-paru muncul gambaran vlek," lanjut Muljono.

Pada saat itu, kemungkinannya ada dua, apakah akan muncul gejala TBC yang benar-benar atau sama sekali tidak muncul. "Ini tergantung kekebalan anak. Kalau anak kebal (daya tahan tubuhnya bagus), TBC-nya tidak muncul. Tapi bukan berarti sembuh. Setelah bertahun-tahun, bisa saja muncul, bukan di paru-paru lagi, melainkan di tulang, ginjal, otak, dan sebagainya. Ini yang berbahaya dan butuh waktu lama untuk penyembuhannya," kata Muljono.

RIWAYAT PENYAKIT

Penyebab TBC adalah kuman TBC (mycobacterium tuberculosis). Sebetulnya, untuk mendeteksi bakteri TBC (dewasa) tidak begitu sulit. "Pada orang dewasa bisa dideteksi dengan pemeriksaan dahak langsung dengan mikroskop atau dibiakkan dulu di media," jelas Muljono.

Yang sulit adalah mendeteksi TBC anak, karena tidak mengeluarkan kuman pada dahaknya dan gejalanya sedikit. "Diperiksa dahaknya pun tidak akan keluar, sehingga harus dibuat diagnosis baku untuk mendiagnosis anak TBC sedini mungkin," ujar Muljono menerangkan.

Yang harus dicermati pada saat diagnosis TBC anak adalah riwayat penyakitnya. "Harus dikorek, apakah ada riwayat kontak anak dengan pasien TBC dewasa. Kalau ini ada, dokter agak yakin anak positif TBC," lanjut Muljono.

Gejala-gejala lain untuk diagnosa antara lain:

- Apakah anak sudah mendapat imunisasi BCG semasa kecil. "Atau reaksi BCG sangat cepat. Misalnya, bengkak hanya seminggu setelah diimunisasi BCG. Ini juga harus dicurigai TBC, meskipun jarang," kata Muljono.

- Berat badan anak turun tanpa sebab yang jelas, atau kenaikan berat badan setiap bulan berkurang.

- Demam lama atau berulang tanpa sebab. "Ini juga jarang terjadi. Kalaupun ada, setelah diperiksa, ternyata tipus atau demam berdarah."

- Batuk lama, lebih dari 3 minggu. "Ini terkadang tersamar dengan alergi. Kalau tidak ada alergi dan tidak ada penyebab lain, baru dokter boleh curiga kemungkinan anak terkena TBC."

- Pembesaran kelenjar di kulit, terutama di bagian leher, juga bisa ditengarai sebagai kemungkinan gejala TBC. Yang sekarang sudah jarang adalah adanya pembesaran kelenjar di seluruh tubuh, misalnya di selangkangan, ketiak, dan sebagainya.

- Mata merah bukan karena sakit mata, tapi di sudut mata ada kemerahan yang khas.

Pemeriksaan lain juga dibutuhkan diantaranya pemeriksaan tuberkulin (Mantoux Test, MT) dan foto. Pada anak normal, Mantoux Test positif jika hasilnya lebih dari 10 mm. "Tetapi, pada anak yang gizinya kurang, meskipun ada TBC, hasilnya biasanya negatif, karena tidak memberikan reaksi terhadap MT."

KUMAN KEBAL

Jika minimal tiga dari gejala di atas positif, dokter biasanya mencurigai anak kena TBC, meski belum tentu TBC, karena bukti lain tidak ada. Anak biasanya akan diberi obat anti-TBC selama 2-3 bulan dan dilihat perkembangannya. "Kalau membaik, misalnya berat badannya bertambah, napsu makan bertambah, atau jadi jarang sakit, dokter biasanya yakin bahwa anak positif TBC." Setelah itu, diteruskan dengan pengobatan untuk mencegah jangan sampai TBC kambuh lagi atau berkembang menjadi penyakit TBC yang lebih parah.

Akan tetapi, seandainya kondisi anak masih buruk setelah 3 bulan diberi obat anti-TBC, kemungkinannya ada dua, yaitu anak negatif TBC atau adanya multi-drugs resistance TBC (MDR TBC/kebal terhadap obat-obatan). "MDR ini yang sekarang menjadi masalah. Penyebabnya biasanya karena penderita TBC dewasa tidak teratur minum obat. Begitu agak enakan, lalu menghentikan minum obat, dan sebagainya. Akibatnya, kuman jadi kebal terhadap obat. Nah, jika ini menular ke anak-anak, juga akan membuat anak-anak tersebut mengidap MDR TBC," kata Muljono.

Jika ini yang terjadi, si kecil sebaiknya dirujuk ke RS atau dokter spesialis untuk melakukan pengamatan yang lebih intensif. "Dalam beberapa tahun terakhir, sudah mulai tampak tendensi peningkatan MDR berbarengan dengan banyaknya kasus TBC dewasa. Ditambah lagi maraknya kasus HIV-AIDS, yang membuat daya tahan tubuh turun, sehingga TBC mudah menyerang. Belum lagi faktor sosial dan gizi yang menambah kendala penanganan TBC pada anak."

HARUS SABAR

Prosedur pengobatan TBC anak yang pertama adalah dengan memberikan obat pembunuh kuman TBC. "Ini disebut pengobatan masa I (3 bulan pertama). Di masa I ini diharapkan sebagian besar kuman akan mati, jadi dipakai obat anti-TBC yang fungsinya membunuh kuman. Ibarat perang, pasukan komandonya dulu yang terjun," terang Muljono.

Tahap berikutnya adalah masa dimana kuman sudah masuk ke dalam kelenjar, sehingga obat pembunuh kuman tidak mempan lagi, bahkan kalau diberikan malah berbahaya karena bisa mengganggu fungsi liver. "Pada masa ini, diberikan obat-obatan yang fungsinya mengepung kuman yang ada di dalam kelenjar. Kalau kuman keluar, mati dia," lanjut Muljono.

Proses pengobatan berlangsung sekitar 6 bulan, dan terkadang ditambah 3 bulan pengobatan untuk mencegah kekambuhan. "Pengobatan harus teratur, tidak boleh berhenti. Kalau distop, bisa jadi kumannya akan muncul lagi dan resisten terhadap obat." Pengobatan TBC anak memang berbeda dengan TBC dewasa. "Pada orang dewasa, pengobatan 3 bulan bisa bersih kuman TBC-nya. Pada anak tidak bisa, karena tidak bisa memberikan obat sekaligus banyak dalam jangka waktu pendek. Akibatnya, pengobatan jadi agak lama. Orang tua harus sabar dan tidak bosan."

Yang juga harus dihindari adalah pemberian obat anti-TBC tanpa diagnosis yang benar. "Anak gampang sakit, batuk, tidak napsu makan, langsung diberi obat TBC. Ini sangat berbahaya, karena bisa berakibat resistensi kuman terhadap obat. Nah, sekarang kecenderungannya mulai seperti itu lagi."

WASPADAI ANGGOTA KELUARGA

Sumber penularan TBC ke anak adalah orang dewasa. Pada orang dewasa, pendeteksian TBC jauh lebih mudah, misalnya dengan rontgen. "Jadi, kalau ada kecurigaan ada orang dewasa di sekitar anak yang terkena TBC, bisa langsung di-follow up ke dokter spesialis," kata Muljono.

Yang sering diabaikan orang tua adalah ketika menerima pembantu atau pengasuh anak. Kebiasaan kita ketika menerima pembantu atau pengasuh anak adalah tidak pernah memerhatikan faktor kesehatannya. Tahu-tahu anak TBC, dan setelah dilacak, ternyata pengasuhnya yang menularkan. Biasanya ini muncul pada kalangan menengah ke atas. Untuk mencegahnya, Muljono menyarankan agar saat penerimaan pembantu atau pengasuh anak, dilakukan juga pemeriksaan kesehatan. "Misalnya pemeriksaan rontgen. Ini akan mencegah penularan TBC pada anak-anak sekian persen."

Namun, kata Muljono, tentu tak cuma pembantu atau pengasuhnya yang berisiko menularkan TBC pada anak. "Anggota keluarga lain, semisal kakek atau nenek, bahkan orang tua sendiri juga harus mewaspadai kemungkinan terkena TBC."

Yang juga penting adalah pemberian imunisasi BCG. "Imunisasi ini bisa mencegah TBC yang berat, seperti TBC otak dan lain-lain."

Masalahnya, umumnya orang tua tidak percaya anaknya terkena TBC. "Mereka syok, katanya di rumah semua sehat. Padahal, mengingat sumber penularan dan sebagainya, bisa saja orang di rumah sehat, tapi ketika jalan-jalan di mal ketemu penderita TBC. Jadi, orang tua sebaiknya tidak usah saling menyalahkan, lebih baik anak diperiksa dan diobati."

12 Makanan Paling Menyehatkan

12 Makanan Paling Menyehatkan




Sekalipun Anda bertanya pada lima orang ahli gizi, Anda akan mendapatkan jawaban yang berlainan tentang daftar makanan paling menyehatkan. Mengapa? Karena setiap makanan mengandung zat gizi yang berbeda.

Beberapa makanan kaya akan protein atau serat. Sedangkan jenis makanan lain mengandung mineral dan vitamin tetapi miskin protein. Jadi cara untuk melengkapi kebutuhan tubuh akan nutrisi yang penting adalah dengan mengonsumsi variasi makanan. Berikut 12 makanan yang bisa memenuhi kebutuhan gizi Anda:

1. Alpukat
Memang benar buah ini tinggi akan lemak, tetapi alpukat mengandung lemak tak jenuh golongan monounsaturated (rantai tunggal), yang baik untuk mengurangi risiko kanker, serangan jantung dan diabetes. "Alpukat dibutuhkan untuk meregenerasi jaringan dan darah, menstabikan gula darah dan bagus untuk penyakit kelainan jantung," kata Ed Bauman, Ph.D, ahli gizi dari Bauman College. Menurutnya, alpukat juga sumber serat yang baik (11-17 gram perbuah) dan sebagai sumber lutein, jenis antioksidan yang dibutuhkan untuk kulit dan mata yang sehat.

2. Apel
"Satu apel setiap hari akan menjauhkan Anda dari dokter," kata Jonny Bowden, Ph.D, penulis buku The 150 Healthiest Food on Earth. Apel memang kaya akan antioksiden quercetin dan catechin, yang akan melindungi tubuh dari kerusakan sel, yang artinya akan mengurangi risiko terjadinya kanker dan penyakit jantung, apalagi kalau apel dimakan dengan kulitnya.

Penelitian juga menunjukkan apel mengandung lima kali lebih banyak polyphenol dibandingkan dengan daging. Kandungan serat yang terdapat pada apel dan kulitnya juga dua kali lebih banyak dibanding buah lain, seperti anggur, jeruk atau buah persik.

3. Bluberi
Buah ini merupakan bintangnya anti penuaan kulit. Bluberi kaya akan antioksidan, terutama anthocyanins yang telah terbukti meningkatkan penglihatan dan fungsi otak. Penelitian juga menunjukkan makan bluberi bisa menghambat kerusakan pada proses koordinasi dan ingatan seiring dengan proses penuaan.

Bukan hanya itu saja, buah-buahan berwarna ungu kehitaman ini juga bisa mengurangi peradangan yang disebabkan oleh penyakit kronis seperti alzheimer dan parkinson hingga diabetes dan penyakit jantung. Studi lain menunjukkan bluberi juga efektif sebagai anti kanker.

4. Kubis atau Kol 
Dalam dunia sayur mayur, keluarga Brassica (brokoli, kubis, bok choy, dsb) termasuk paling diminati. Sayuran ini mengandung zat yang disebut dengan indoles yang menurut riset mampu mengurangi risiko kanker secara menakjubkan. "Mengonsumsi kubis lebih dari satu porsi setiap minggunya bisa mengurangi risiko terjadinya kanker usus pada pria hingga 66 persen," kata Bauman. Selain itu, kubis juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh, membunuh bakteri dan virus.

5. Ikan dan Minyak Ikan
Rajin mengonsumsi ikan akan membantu Anda mengurangi risiko penyakit jantung, kanker, alzheimer, stroke, diabetes dan rematik. Selain itu, variasi lemak yang terdapat dalam ikan juga bisa meredakan gejala depresi.

Asosiasi Jantung Amerika menyarankan agar para orang dewasa mengonsumsi dua ikan dalam seminggu, terutama ikan dari laut dalam, seperti salmon atau sardin yang kaya akan omega-3.

6. Bawang putih
Selain menurunkan kadar kolesterol, menurut Bauman, bawang putih juga menghambat terjadinya penyumbatan arteri. "Dua atau tiga siung bawang putih perhari bisa mengurangi serangan jantung pada setengah dari pasien penyakit jantung," katanya. Bawang putih  efektif sebagai anti bakteri dan kuman, juga meningkatkan ketahanan tubuh terhadap stres dan infeksi.

7. Jamur
Jamur telah digunakan sejak berabad lampau dalam dunia pengobatan timur, terutama karena khasiatnya untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, terutama jamur jenis maitake, shiitake dan reishi.

Bahkan jamur juga banyak dipakai dalam pengobatan tradisional di Asia untuk terapi kanker karena jamur mampu menangkal efek racun dari kemoterapi dan radiasi. Masih kurang? Studi yang dilakukan ilmuwan Jepang menunjukkan makan jamur shiitake secara teratur akan mengurangi kolesterol dalam darah hingga 45 persen.

8. Kacang Almond
Almond mengandung serat dan lemak tak jenuh monounsaturated, keduanya terbukti bisa menurunkan kadar kolesterol. Menurut Food and Drug Administration (FDA), mengonsumsi 1,5 ons kacang, termasuk almond, bisa menurunkan risiko penyakit jantung. Meski kacang almond relatif tinggi lemak dan kalori, studi menunjukkan makan kacang almond bisa mengurangi berat badan. Kandungan protein, serat dan lemak tak jenuh di dalamnya akan menimbulkan rasa kenyang.

9. Telur
Telur mungkin adalah sumber protein terbaik di bumi. Ia mengalahkan susu, daging atau kedelai dalam hal kandungan protein. Kebanyakan orang takut makan telur, khususnya kuning telur karena khawatir kadar kolesterolnya naik. Padahal kuning telur mengandung choline yang akan melindungi hati dan fungsi otak. Lagipula, makan telur satu-dua butir perhari tidak terbukti menaikkan kadar kolesterol.

10. Buah Delima
Selama ini tak banyak orang yang tahu kalau buah delima merupakan sumber antioksidan terbaik, bahkan lebih baik dari anggur merah dan teh hijau. Secara teratur mengonsumsi jus delima terbukti bisa mengurangi plak yang menyumbat aliran darah yang sering menyebabkan stroke dan penyakit jantung. Dalam jangka panjang, konsumsi jus buah delima akan menghambat proses penuaan dan melindungi tubuh dari terjadinya kanker.

11. Anggur Merah
Sedikit jumlah alkohol setiap hari akan menjaga kesehatan jantung dengan cara menaikkan kadar kolesterol baik (HDL) dan mengurangi risiko penggumpalan darah. Anggur merah juga mengandung antioksidan reservatrol dan saponin yang berguna untuk jantung. Tetapi tetap jangan berlebihan, karena minum alkohol lebih dari satu kali perhari akan membuat tekanan darah naik.

12. Cokelat
Ketika bicara cokelat, semakin pahit, semakin sehat, paling tidak dari sisi kesehatan. Manfaat cokelat berasal dari flavonol dan antioksidan (juga terdapat pada strawberi, anggur merah, dan apel). Sebenarnya, hanya kakao asli yang mengandung flavonols. Jadi pilihlah cokelat yang mengandung kakao lebih banyak (lebih dari 60 persen). Dark cokelat merupakan jenis cokelat yang memiliki kalori lebih sedikit dibanding yang lain. Jika dimakan dalam jumlah secukupnya, Anda akan mendapat manfaat berupa berkurangnya kolesterol jahat (LDL). 

Anemia menurut pendapat bbrp DOkter.

Defisiensi Zat Besi dengan Bahan-bahan Alami : Mencegah & Mengatasi Anemia

Oleh : Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma




Darah manusia tersusun atas dua komponen utama yaitu:
· Plasma darah yaitu cairan tidak berwarna dalam darah yang berfungsi mengangkut air, mineral, ion dan sari-sari makanan ke seluruh jaringan tubuh.
· Sel darah yang terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit).

Dalam masyarakat dikenal penyakit kurang darah yang biasa disebut dengan anemia. Sebenarnya anemia bukanlah penyakit kurang darah. Definisi yang lebih tepat adalah kurangnya (defisiensi) sel darah merah karena kadar hemoglobin yang rendah dalam darah.

Jumlah rata - rata sel darah merah/mm³ pada laki-laki normal adalah 5.200.000, sedangkan pada wanita normal 4.700.000. Jika seseorang memiliki jumlah sel darah merah/mm³ kurang dari rata-rata jumlah normal, bisa dikatakan ia menderita anemia. Sel darah merah dibentuk di sumsum tulang. Dalam pembentukannya diperlukan vitamin B12 (sianokobalamin) dan asam folat.

Salah satu bagian yang menyusun sel darah merah adalah hemoglobin. Hemoglobin merupakan suatu struktur protein yang merupakan bagian dari sel darah merah dan yang menyebabkan warna merah pada darah. Hemoglobin bertugas mengikat oksigen dari paru-paru dan membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen semua jaringan tubuh.

Dalam pembentukan hemoglobin diperlukan zat besi. Zat besi merupakan salah satu komponen penyusun hemoglobin. Jika tubuh kekurangan zat besi (defisiensi zat besi), maka akan menghambat pembentukan hemoglobin yang berakibat pada terhambatnya pembentukan sel darah merah. Selanjutnya timbullah anemia akibat kekurangan zat besi yang disebut dengan anemia defisiensi zat besi.

Gejala-gejala orang yang mengalami anemia defisiensi zat besi:
· kelelahan, lemah, pucat dan kurang bergairah
· sakit kepala dan mudah marah
· tidak mampu berkonsentrasi dan rentan terhadap infeksi
· pada anemia yang kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan rapuh, pecah-pecah pada sudut mulut, lidah lunak dan sulit menelan.

Secara umum, anemia adalah salah satu akibat dari:
· kekurangan darah dalam jumlah banyak kerusakan sel-sel darah merah
· kekurangan bahan dasar untuk membuat sel darah merah seperti hemoglobin yang disebabkan oleh defisiensi zat besi
· kegagalan sumsum tulang untuk membuat sel darah merah dalam jumlah yang cukup besar.

Faktor-faktor penyebab terjadinya anemia defisiensi zat besi adalah:
· Kurangnya zat besi dalam makanan yang dikonsumsi
· Malabsorbsi zat besi ( penyerapan zat besi yang tidak optimal) akibat diare kronis, pembedahan tertentu pada saluran pencernaan seperti lambung. Zat besi diabsorpsi dari saluran pencernaan. Sebagian besar, zat besi diabsorpsi dari usus halus bagian atas terutama duodenum. Bila terjadi gangguan saluran pencernaan, maka absorpsi zat besi dari saluran pencernaan menjadi tidak optimal. Hal itu menyebabkan kurangnya kadar zat besi dalam tubuh sehingga pembentukan sel darah merah terhambat.
· Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang berat, luka, kanker dan perdarahan gastrointestinal akibat induksi obat. Kehilangan banyak darah tersebut menyebabkan terkurasnya cadangan zat besi dalam tubuh sehingga pembentukan sel darah merah terganggu.
· Kehamilan Suplai zat besi ibu dialihkan ke janin untuk pembentukan sel darah merah janin. Hal itu menyebabkan ibu tersebut kekurangan zat besi.

Pemeriksaan terhadap anemia defisiensi zat besi dilakukan dengan tes darah dan studi sumsum tulang. Bahan-bahan yang diperoleh dari alam dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kadar zat besi dalam tubuh. Bagi penderita anemia defisiensi zat besi, sebaiknyai:
· Mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat besi seperti bayam, dan lain-lain
· Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C ( asam askorbat) seperti jeruk, tomat, mangga dan lain-lain, sebab asam askorbat dapat meningkatkan penyerapan zat besi.

Pengobatan untuk penderita anemia defisiensi zat besi:
· 60 gram daun bayam merah direbus dengan air secukupnya. Selanjutnya ditambahkan satu kuning telur ayam kampung. Ramuan tersebut dapat dimakan.
· 100 gram kacang hijau + 10 butir angco direbus/ditim + 30 gram kismis, direbus hingga menjadi bubur cair, kemudian dimakan.
· 30 gram daun kacang panjang + 30 gram daun bayam duri + 25 gram lempuyang wangi, dicuci dan diblender dengan 100 cc air, disaring, airnya diminum.
· 30-50 buah buni yang matang + 20 buah murbei + 20 gram kunyit, diblender dengan menambahkan 100 cc air, tambahkan 1 sendok makan madu lalu diminum.

Catatan :
- Pilih satu resep dan lakukan secara teratur
- Untuk perebusan gunakan periuk tanah, panci enamel, atau panci kaca.

Sumber: hembing




Defisiensi Zat Besi dan Pola Makan serta Hubungan dengan Absorpsi Laktosa pada Anak 1-2 Tahun tanpa KKP di Posyandu Kelurahan Utan Kayu Selatan Jakarta


By: Laurentia Mihardja
Email: laurentia@litbang.depkes go.id
Center for Research an Development of Disease Control, NIHRD
Created: 1996

Keywords: Anemia; defisiensi besi; laktosa; kurang kalori protein (KKP); dietary recall; P5-BPPK
Subject: IRON-deficiency; ANEMIA
Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah di Indonesia. Hal ini antara lain disebabkan konsumsi besi heme yang tidak adekuat. Penelitian Lanzkowsky menunjukkan pada anak yang menderita anemia defisiensi besi terjadi penurunan enzim laktase yang mengakibatkan gangguan toleransi laktosa.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kejadian defisiensi besi pada anak 1-2 tahun tanpa KKP (kurang kalori protein), pola makannya serta hubungannya dengan absorpsi laktosa. Dilakukan studi cross sectional pada 54 anak berusia 1-2 tahun, tidak menderita KKP dan sehat secara klinis. Subjek dibagi atas 3 kelompok status besi yaitu normal, defisiensi besi tidak anemia dan anemia defisiensi besi. Dilakukan dietary recall untuk mendapatkan gambaran pola makan serta uji beban laktosa untuk mengukur kenaikan kadar glukosa dalam darah.

Dari penelitian ini didapatkan kejadian anemia defisiensi besi 5,6% dan defisiensi besi tanpa anemia 38,9%, asupan protein hewani (besi heme) sangat rendah kejadian malabsorpsi laktosa 68,5%, tidak terdapat perbedaan bermakna antara asupan zat besi yang berbeda dengan malabsorpsi laktosa, tidak terdapat perbedaan bermakna antara status besi berbeda dengan malabsorpsi laktosa (uji Chi-kuadrat p>0,05).
Copyrights:
Copyright © 2001 by Badan Litbang Kesehatan.
Verbatim copying and distribution is permitted in any medium, provided this notice is preserved.

For more information, contact:

DL Name: Badan Litbang Kesehatan
PublisherID: JKPKBPPK
Organization: Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
Contact: JIIPP Badan Litbang Kesehatan
Address: Jl. Percetakan Negara, 29
City: Jakarta Pusat
Region: Jakarta
Country: Indonesia
Phone: 021-4261088
Fax: 62-21-4243933
Admin Email: gdl-adm@litbang.depkes.go.id
CKO Email: gdl-lib@litbang.depkes.go.id





ANEMIA DEFISIENSI BESI
Bambang Permono, IDG Ugrasena, Mia Ratwita A
Divisi Hematologi – Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo
 
BATASAN
Anemia yg disebabkan kurangnya zat besi untuk sintesis hemoglobin.
 
PATOFISIOLOGI
Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan heme dan hemoglobin (Hb). Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb. Walaupun pembuatan eritrosit juga menurun, tiap eritrosit mengandung Hb lebih sedikit dari pada biasa sehingga timbul anemia hipokromik mikrositik.
ETIOLOGI
Kekurangan Fe dapat terjadi bila :
makanan tidak cukup mengandung Fe
komposisi makanan tidak baik untuk penyerapan Fe (banyak sayuran, kurang daging)
gangguan penyerapan Fe (penyakit usus, reseksi usus)
kebutuhan Fe meningkat (pertumbuhan yang cepat, pada bayi dan adolesensi, kehamilan)
perdarahan kronik atau berulang (epistaksis, hematemesis, ankilostomiasis).
 
EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari 50% penderita ini adalah ADB dan terutama mengenai bayi,anak sekolah, ibu hamil dan menyusui. Di Indonesia masih merupakan masalah gizi utama selain kekurangaan kalori protein, vitamin A dan yodium. Penelitian di Indonesia mendapatkan prevalensi ADB pada anak balita sekita 30-40%, pada anak sekolah 25-35% sedangkan hasil SKRT 1992 prevalensi ADB pada balita sebesar 55,5%. ADB mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak berupa gangguan tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya konsentrasi serta kemampuan belajar sehingga menurunkan prestasi belajar di sekolah.
 
DIAGNOSIS
I. Anamnesis
1. Riwayat faktor predisposisi dan etiologi :
Kebutuhan meningkat secara fisiologis
masa pertumbuhan yang cepat
menstruasi
infeksi kronis
Kurangnya besi yang diserap
asupan besi dari makanan tidak adekuat
malabsorpsi besi
Perdarahan
Perdarahan saluran cerna (tukak lambung, penyakit Crohn, colitis ulserativa)
2. Pucat, lemah, lesu, gejala pika
 
II. Pemeriksaan fisis
anemis, tidak disertai ikterus, organomegali dan limphadenopati
stomatitis angularis, atrofi papil lidah
ditemukan takikardi ,murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran jantung
 
III. Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin, Hct dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun
Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik
Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat , saturasi menurun
Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat
sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat
 
 
DIAGNOSIS BANDING
Anemia hipokromik mikrositik :
Thalasemia (khususnya thallasemia minor) :
Hb A2 meningkat
Feritin serum dan timbunan Fe tidak turun
Anemia karena infeksi menahun :
biasanya anemia normokromik normositik. Kadang-kadang terjadi anemia hipokromik mikrositik
Feritin serum dan timbunan Fe tidak turun
Keracunan timah hitam (Pb)
terdapat gejala lain keracunan P
Anemia sideroblastik :
terdapat ring sideroblastik pada pemeriksaan sumsum tulang
PENYULIT
Bila Hb sangat rendah dan keadaan ini berlangsung lama dapat terjadi payah jantung.
 
PENATALAKSANAAN
I.Medikamentosa
Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan. Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal.
Asam askorbat 100 mg/15 mg besi elemental (untuk meningkatkan absorbsi besi).
 
II. Bedah
Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena diverticulum Meckel.
 
III. Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi yang bersumber dari hewani (limfa,hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan)
 
IV. Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya )
Ke sub bagian terkait dengan etiologi dan komplikasi (Gizi, Infeksi, Pulmonologi, Gastro-Hepatologi, Kardiologi )
 
PEMANTAUAN
I.Terapi
Periksa kadar hemoglobin setiap 2 minggu
Kepatuhan orang tua dalam memberikan obat
Gejala sampingan pemberian zat besi yang bisa berupa gejala gangguan gastro-intestinal misalnya konstipasi, diare, rasa terbakar diulu hati, nyeri abdomen dan mual. Gejala lain dapat berupa pewarnaan gigi yang bersifat sementara.
II. Tumbuh Kembang
Penimbangan berat badan setiap bulan
Perubahan tingkah laku
Daya konsentrasi dan kemampuan belajar pada anak usia sekolah dengan konsultasi ke ahli psikologi
Aktifitas motorik
 
Langkah Promotif/Preventif
Upaya penanggulangan AKB diprioritaskan pada kelompok rawan yaitu BALITA,anak usia sekolah, ibu hamil dan menyusui, wanita usia subur termasuk remaja putri dan pekerja wanita. Upaya pencegahan efektif untuk menanggulangi AKB adalah dengan pola hidup sehat dan upaya-upaya pengendalian faktor penyebab dan predisposisi terjadinya AKB yaitu berupa penyuluhan kesehatan, memenuhi kebutuhan zat besi pada masa pertumbuhan cepat, infeksi kronis/berulang pemberantasan penyakit cacing dan fortifikasi besi.
 
 
DAFTAR PUSTAKA
Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in Clinical Practice. A Guide to Diagnosis and Management. New York; McGraw Hill, 1995 : 72-85.
Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematology and Oncology. Edisi ke-2. New York; Churchill Livingstone Inc, 1995 : 35-50.
Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Infancy and Childhood. Edisi ke-1. Philadelphia; Saunders, 1974 : 103-25.
Recht M, Pearson HA. Iron Deficiency Anemia. Dalam : McMillan JA, DeAngelis CD, Feigin RD, Warshaw JB, penyunting. Oski’s Pediatrics : Principles and Practice. Edisi ke-3. Philadelphia; Lippincott William & Wilkins, 1999 : 1447-8.
Schwart E. Iron Deficiency Anemia. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, Penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-16. Philadelphia ; Saunders, 2000 : 1469-71.
Oleh: dr. Samsuridjal Djauzi
Kasus:
"SETELAH melahirkan anak kedua, sejak enam bulan lalu saya sering merasa lemas. Sejak itu kebiasaan naik tangga dua sampai tiga lantai di kantor tak dapat saya jalani lagi. Saya harus naik lift agar tidak merasa sesak napas. Teman-teman juga mengatakan, saya agak pucat. Saya berkonsultasi dengan dokter dan dinyatakan menderita anemia. Hemoglobin saya hanya 8 gram. Pemeriksaan lanjutan dengan laboratorium menyimpulkan bahwa saya menderita anemia karena kekurangan zat besi. Saya agak terkejut mendengar kesimpulan tersebut. Namun, dokter yang mengobati saya mengatakan, penyakit anemia kurang zat besi memang sering didapatkan pada perempuan. Ia mengatakan tidak perlu khawatir karena penyakit itu bukan penyakit serius. Saat ini saya mendapat obat yang mengandung zat besi setiap hari. Saya kurang memahami kenapa perempuan lebih sering terkena anemia kekurangan zat besi. Apakah karena pola makan ataukah ada sebab lain? Makanan apa yang banyak mengandung zat besi? Berapa lama saya harus makan tablet yang mengandung zat besi karena sejak makan obat tersebut saya agak merasa mual. Apakah keluhan saya itu merupakan efek samping dari obat itu? Umur saya sekarang 32 tahun. Suami saya masih menginginkan punya seorang anak lagi karena kami belum mempunyai anak perempuan. Sebenarnya saya sendiri sudah capek untuk hamil dan melahirkan lagi. Apakah perempuan yang kurang darah boleh hamil lagi? Bagaimana nasihat dokter mengenai hal ini. Kami akan membahas kembali rencana kehamilan itu setelah mendapat penjelasan dari dokter. Terima kasih."
(Sulastri, Tangerang)
Jawab:
ANEMIA akibat kekurangan besi (defisiensi besi) memang masih kerap dijumpai. Diperkirakan sekitar 500 juta orang mengalami anemia defisiensi besi, sebagian besar berada di negara berkembang.
Kelainan ini dapat terjadi di segala umur, namun yang paling sering terjadi pada anak dalam masa pertumbuhan. Perempuan juga sering mengalami anemia defisiensi besi akibat perdarahan pada waktu menstruasi maupun melahirkan.
Anemia defisiensi besi dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, kurang asupan zat besi karena makanan yang kurang mengandung protein hewani, serta perdarahan.
Penelitian yang dilakukan di Sumatera Barat, Jawa Tengah, dan Bali menunjukkan sekitar 50 persen penduduk pedesaan mengalami anemia defisiensi besi dan sekitar 40 persen disertai dengan infeksi cacing tambang. Perubahan pola makan dan pemberantasan cacing dapat mengurangi kejadian penyakit anemia defisiensi besi ini.
Anemia dapat menurunkan produktivitas kerja karena timbulnya gejala lemah dan kurang tenaga. Seperti diketahui, sel darah merah berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh melalui hemoglobin. Nah, karena hemoglobin Anda rendah, proses pengangkutan oksigen kurang berjalan dengan baik. Jaringan tubuh Anda membutuhkan oksigen lebih banyak sehingga dapat menimbulkan gejala lemah, sesak napas, dan berdebar-debar.
Seperti disebutkan di atas, salah satu penyebab anemia defisiensi besi pada perempuan adalah perdarahan, baik lewat menstruasi maupun saat melahirkan. Selain itu, biasanya dalam rumah tangga menu maupun porsi makanan lelaki lebih diutamakan daripada perempuan. Maka, bapak dan anak laki-laki menghabiskan protein hewani sedangkan anak perempuan serta ibu makan makanan yang tersisa. Jadi, juga ada permasalahan ketimpangan jender.
Pada kenyataannya, anak perempuan dan ibu rumah tangga membutuhkan makanan yang bergizi dan mengandung zat besi yang cukup. Sebab lain perdarahan adalah perdarahan saluran cerna baik yang tampak nyata maupun yang terjadi sedikit-sedikit, tetapi lama.
Pengobatan anemia defisiensi besi adalah dengan cara mencari penyebabnya. Penyebab anemia harus dihilangkan sehingga anemia tidak berjalan terus-menerus. Pada umumnya terapi memang diberikan dalam bentuk tablet yang mengandung 150-200 mg zat besi, diberikan 1 jam sebelum makan.
Biasanya setelah 3-4 minggu, kadar zat besi sudah mulai menaik, namun terapi harus diteruskan sampai defisiensi zat besi teratasi. Memang benar terapi ini dapat menimbulkan efek samping, yaitu berupa rasa mual dan sembelit.
Selain pemberian terapi tablet yang mengandung zat besi, penderita dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi, seperti daging. Jika masalah dapat diatasi dengan pemberian makanan dan tablet, transfusi darah biasanya tidak perlu dilakukan. Tindakan transfusi hanya dilakukan jika terjadi kehilangan darah yang cepat sehingga dapat mengganggu fungsi tubuh.
Untuk mempersiapkan kehamilan, ibu harus dalam keadaan sehat serta juga secara mental siap untuk hamil. Jika ada anemia, penyakit itu harus diobati terlebih dulu sampai baik.
Mengenai keinginan suami untuk punya anak lagi tentu dapat Anda bahas dengan suami. Selain keinginan suami, suami Anda sebaiknya juga mendengar pendapat Anda. Jadi, ungkapkanlah apa yang Anda rasakan agar suami juga dapat memahami perasaan Anda.
Komunikasi yang baik dalam keluarga akan meningkatkan keserasian dan juga merupakan faktor pendukung dalam menjaga kesehatan anggota keluarga.
Semoga terapi anemia Anda dapat berhasil dengan baik. *
Anemia
hendra: Wednesday, April 06, 2005 5:16 PM
 
Pertanyaan:

Dengan Hormat,

Saya pernah checkup tiga kali dan hasilnya adalah saya didiagnosa kemungkinan mengalami anemia, pada waktu saya berobat ke spesialis penyakit dalamdidapat bahwa saya kekurangan zat besi dan positif anemia, memang sehari2 gejala anemia melekat pada saya, sering capek,letih,dan pasti mengantuk (perlu diketahui saya kerja didalam kantor dan kalau malam kuliah) disore hari dan malam pada saat kuliah. Setiap hari saya minum sangobian untuk menambah zat besi tetapi tetap saja gejala letih, lesu, lemah dan ngantuk tidak hilang, bagaimana mengatasinya dan apa efeknya kedepan kalau hal ini terus2 terjadi.

Terima Kasih
 
Jawaban:
Sebelumnya terima kasih atas pertanyaannya.

Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar hemoglobin (Hb) lebih rendah dari nilai normal. Pada pria dikatakan anemia bila kadar Hb < 14 g/dl, sedangkan pada wanita bila kadar Hb < 12 g/dl. Anemia bisa diakibatkan oleh bermacam-macam sebab, antara lain:

1) Penurunan produksi sel darah merah (misalnya anemia defisiensi)
2) Peningkatan penghancuran sel darah merah (misalnya anemia karena perdarahan)

Kebutuhan zat besi (Fe) dalam makanan sekitar 20 mg sehari, dari jumlah ini hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Anemia defisiensi besi umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia paling banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang. Infestasi cacing tambang pada seseorang dengan makanan yang baik tidak akan menimbulkan anemia. Bila disertai malnutrisi, baru akan terjadi anemia. Penyebab lain dari anemia defisiensi adalah:

- Asupan makanan yang tidak mencukupi
- Absorpsi (penyerapan makanan) yang menurun
- Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan, menyusui
- Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah
- Hemoglobinuria
- Penyimpanan besi yang berkurang

Selain gejala-gejala umum anemia, seperti mudah lelah, letih, mudah mengantuk, defisiensi zat besi yang berat akan mengakibatkan perubahan kulit dan mukosa yang semakin lama semakin berat, seperti lidah yang halus, dll. Selain itu didapatkan pula tanda-tanda kurang gizi.

Untuk mengatasi anemia defisiensi besi dapat dilakukan antara lain:
1) Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada cacingan diberikan pengobatan yang sesuai.
2) Pemberian preparat besi.

Dalam mendiagnosis anemia tidak hanya berdasarkan gejala-gejala yang dikeluhkan pasien. Namun, juga dari pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter. Terlebih anemia tidak hanya disebabkan oleh kekurangan zat besi, namun dapat oleh sebab lain. Untuk lebih jelasnya, biasanya dokter meminta dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan apusan darah tepi untuk melihat sel darah merah (ukuran, bentuk, dll).

Mengkonsumsi Sangobion (salah satu obat yang mengandung zat besi) belum tentu dapat mengobati penyakit. Karena kalaupun didiagnosis anemia defisiensi besi, masih harus diteliti pula apakah hal ini disebabkan oleh asupannya yang kurang, penyerapannya, ataupun penyimpanannya yang mengalami gangguan.

Jika hal ini tidak ditangani, dapat timbul berbagai kerusakan organ di kemudian hari akibat kurangnya kemampuan sel darah merah terutama dalam mensuplai oksigen ke jaringan. Kerusakan organ yang paling fatal tentu saja bila mengenai jantung dan otak.

Jadi saya menyarankan agar Saudara segera berkonsultasi kepada dokter mengenai keluhan yang dialami dan jangan lupa menceritakan pengobatan apa saja yang sudah Saudara lakukan.

Demikian jawaban saya, semoga dapat bermanfaat.

Wassalam


(Dr. Ida Ratna)

Masker dan Cuci Tangan Cegah Penyebaran Gejala Flu dan Batuk

(harga masker saat ini antara 5.000 - 10.000/lusin, bandingkan dengan manfaatnya, sayangin orang disekitar kita)

Masker dan Cuci Tangan Cegah Penyebaran Gejala Flu dan Batuk
Memakai masker dan menggunakan pembersih tangan yang berbahan dasar alkohol mungkin mencegah penyebaran gejala flu hingga sebanyak 50%, demikian hasil suatu studi baru yang disiarkan Senin oleh University of Michigan.

Dalam kajian pertama mengenai kemanjuran pencegahan non-farmasi dalam pengendalian penyebaran virus influensa di dalam lingkungan masyarakat, para peneliti mempelajari lebih dari 1.000 objek mahasiswa dari tujuh gedung permukiman selama musim flu tahun lalu.

"Hasil tahun pertama menunjukkan bahwa penggunaan masker dan pembersih tangan yang menggunakan alkohol membantu mengurangi angka penyakit seperti influensa, mulai dari 10% sampai 50% selama masa kajian," kata pemimpin peneliti Allison Aliello.

"Hasil awal ini membesarkan hati karena masker dan kesehatan tangan mungkin efektif dalam mencegah sejumlah penyakit pernafasan," kata wanita peneliti itu.

Pencegahan non-farmasi seperti mencuci tangan dan masker --terutama dalam kasus wabah influensa-- sangat penting bagi penelitian karena campur-tangan farmasi seperti vaksinasi dan anti-virus mungkin tak tersedia dalam jumlah yang memadai untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran wabah influensa.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan polusi udara perkotaan telah memberi kontribusi bagi 800.000 kematian setiap tahun. Bahkan, WHO dan American Thoracic (ATS) 2005 memaparkan polusi udara menimbulkan penyakit yang terkait respirasi (pernafasan) dan kardiovaskular, terganggunya aktivitas harian akibat sakit, gejala batuk, sesak dan infeksi saluran pernafasan, hingga terjadinya perubahan fisiologis seperti fungsi paru dan tekanan darah. Salah satu gejala awal gangguan pernapasan yang dapat dicermati adalah seringnya batuk-batuk.

Batuk diciptakan Tuhan sebagai mekanisme pertahanan tubuh. Itu mekanisme defensif dari seorang manusia. Dengan batuk, berarti kita tengah berupaya mengeluarkan sesuatu yang berada dalam saluran napas. Batuk tak lain adalah bentuk mekanisme protektif normal, di mana saluran pernapasan berusaha untuk mengeluarkan benda asing atau produksi lendir yang berlebih.

Misalnya jika ada debu, lendir, asap, atau benda asing lainnya yang mengganjal di tenggorokan, maka tubuh akan batuk untuk mengeluarkannya. Salah satu penyebab batuk adalah polusi udara.

Di Indonesia kendaraan bermotor menjadi sumber utama polusi udara karena menghasilkan emisi gas buang yang buruk, baik akibat perawatan yang kurang memadai ataupun dari penggunaan bahan bakar dengan kualitas kurang baik. Misal, kadar timbal/Pb yang tinggi.

Menurut Bank Dunia, pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia meningkat 100% dalam kurun waktu 6 tahun (1995-2001). Malah, di kota besar seperti Jakarta, selama empat tahun terakhir terjadi peningkatan pengguna sepeda motor hingga 300%. Sebuah angka yang menakjubkan. Tak heran jika Bank Dunia menempatkan Jakarta sebagai salah satu kota berkadar polutan/partikulat tertinggi setelah Beijing, New Delhi dan Mexico City.

Diketahui penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) atau dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI), acap timbul akibat polusi udara yang terhirup dalam jangka panjang tanpa disadari atau akibat kondisi cuaca yang tidak menentu.

Gejalanya bisa dikenali dengan keluhan flu, batuk, suhu tubuh lebih dari 38,5 derajat celsius, serta sakit pada tenggorokan. Jika didiamkan, ISPA bisa berakibat fatal seperti penyakit paru obstruktif kronis gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin, kanker, hingga kematian.

Maka untuk mengantisipasi ISPA, penggunaan masker menjadi sama penting layaknya sebuah helm bagi para pengendara motor. Soalnya, walau berdalih memakai helm penuh (full face helmet), hal tersebut tidak menjamin kebersihan udara yang dihirup karena partikulat yang sangat kecil masih bisa tetap masuk.

Solusi yang paling jitu, hanya dengan menggunakan masker, baik itu masker balaclava (model topeng) atau masker sederhana penutup hidung dan mulut.

Deteksi Dini Kanker Usus Besar

Deteksi Dini Kanker Usus Besar

Karena gejala awal tidak khas, banyak penderita yang dibawa ke rumah sakit saat kanker mencapai stadium lanjut.

Sakit perut. Itulah keluhan yang kerap dirasakan Prasetyo, 45 tahun, selama tiga tahun sebelum akhirnya divonis menderita kanker kolorektal (usus besar).

Awalnya, dia dinyatakan dokter menderita radang usus, sehingga hanya diberi obat antiradang, penghilang rasa sakit, dan antibiotik. Namun, obat-obatan itu tak pernah mampu menghilangkan keluhannya secara tuntas. Alhasil, sakit perut itu berulang, dan selalu berulang. Sampai suatu ketika, ia merasakan sakit yang hebat di perutnya.

Prasetyo pun kembali ke dokter. Kali ini, dokter mengatakan, ada perlengketan di usus besarnya sehingga harus dilakukan pembedahan. Sebagian usus besarnya pun dipotong. Selesai masalah? Ternyata tidak. Prasetyo yang perokok berat ini masih sering merasakan sakit di perut. Tubuhnya pun makin kurus, dan kerap mengalami diare. Penyebab dari sakit perut itu akhirnya diketahui lewat pemeriksaan di sebuah rumah sakit besar di Bandung. Kanker dipastikan telah bersarang di usus besar Prasetyo, dan telah mencapai stadium IV. Empat bulan setelah mendengar vonis ini, Prasetyo berpulang untuk selama-lamanya.

Kanker usus besar adalah salah satu jenis kanker yang cukup sering ditemui, utamanya pada pria dan wanita berusia 50 tahun atau lebih. Pada pria, kanker usus besar menempati urutan ketiga sebagai kanker tersering yang ditemui setelah kanker prostat dan paru-paru. Sementara pada wanita, kanker ini pun menempati urutan ketiga setelah kanker payudara dan paru-paru. ''Dari berbagai laporan, di Indonesia terdapat kenaikan jumlah kasus (kanker usus besar), meskipun belum ada data yang pasti. Data di Departemen Kesehatan didapati angka 1,8 per 100 ribu penduduk,'' tutur dokter Adil S Pasaribu, SpB KBD, spesialis bedah dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta.

Kanker usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat).

Pada stadium awal, adenoma dapat diangkat dengan mudah. Hanya saja pada stadium awal ini, seringkali adenoma tidak menampakkan gejala apapun, sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama. Padahal, adenoma yang awalnya tak menimbulkan keluhan apapun ini, pada suatu saat bisa berkembang menjadi kanker yang menggerogoti semua bagian dari usus besar.

Gejala awal yang tidak khas ini membuat banyak penderita kanker usus besar datang ke rumah sakit ketika perjalanan penyakit sudah demikian lanjut. Upaya pengobatan pun menjadi sulit. Padahal, seperti dikatakan Ketua Perhimpunan Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, dokter Aru Sudoyo SpPD KHOM, kunci utama keberhasilan penanganan kanker usus besar adalah ditemukannya kanker dalam stadium dini, sehingga terapi dapat dilaksanakan secara bedah kuratif. Sayangnya, hal seperti ini sangat jarang. Yang kerap terjadi adalah kasus seperti dialami Prasetyo, yakni kanker ditemukan pada stadium lanjut, sehingga harapan penderita untuk bertahan hidup menjadi sangat kecil.

Jika kanker usus besar ditemukan pada stadium I, peluang penderita untuk hidup hingga lima tahun mencapai 85-95 persen. Sementara bila ditemukan pada stadium II, peluang itu mencapai 60-80 persen, pada stadium III sekitar 30-60 persen, dan stadium IV sekitar 25 persen. ''Ini artinya, bila ada 100 penderita kanker usus besar stadium IV, maka yang masih hidup sampai lima tahun hanya lima orang,'' ucap Aru.

Deteksi dini
Untuk menghindari kemungkinan terburuk, seperti dialami Prasetyo, deteksi dini merupakan hal yang sangat penting. ''Deteksi dini atau skrining terhadap kanker ini, dapat menyelamatkan hidup,'' tegas Adil.

Dengan deteksi dini dapat ditemukan adanya polip prakanker, yaitu suatu pertumbuan abnormal pada usus besar atau rektum yang dapat segera dibuang sebelum berubah menjadi kanker. ''Jika semua orang yang berumur 50 tahun atau lebih melakukan skrining secara teratur, maka sebanyak 60 persen kematian akibat kanker kolorektal dapat dihindari,'' tuturnya.

Deteksi dini adalah investigasi pada individu asimtomatik (tanpa gejala) yang bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit pada stadium dini sehingga dapat dilakukan terapi kuratif. Secara umum, urai Adil, deteksi dini dapat dilakukan pada dua kelompok, yaitu populasi umum dan kelompok risiko tinggi. Deteksi dini pada kelompok populasi umum dilakukan kepada individu yang berusia di atas 40 tahun. Sedangkan mereka yang tergolong kelompok berisiko tinggi, antara lain adalah mereka yang pernah menjalani polipektomi untuk adenoma di usus besar, dan orang-orang yang berasal dari keluarga dengan riwayat penyakit ini.

Terkait dengan riwayat keluarga, Anda tak perlu khawatir berlebihan jika berasal dari keluarga yang memiliki riwayat kanker usus besar. Menurut Adil, faktor genetik memang bisa menjadi penyebab munculnya penyakit ini, tapi faktor tersebut bisa dipersempit. Caranya, ubahlah pola makan Anda dan lakukan deteksi dini.

Penyebab dan gejala
Sejauh ini, penyebab kanker usus besar memang belum diketahui secara pasti. Hanya saja, ada beberapa hal yang diduga kuat berpotensi memunculkan penyakit ganas ini, yaitu: cara diet yang salah (terlalu banyak mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan protein, serta rendah serat), obesitas (kegemukan), pernah terkena kanker usus besar, berasal dari keluarga yang memiliki riwayat kanker usus besar, pernah memiliki polip di usus, umur (risiko meningkat pada usia di atas 50 tahun), jarang melakukan aktivitas fisik, sering terpapar bahan pengawet makanan maupun pewarna yang bukan untuk makanan, dan merokok.

Dalam buku Panduan Pengelolaan Adenokarsinoma Kolorektal disebutkan bahwa meskipun penelitian awal tidak menunjukkan hubungan merokok dengan kejadian kanker usus besar, namun penelitian terbaru menunjukkan, perokok jangka lama (30-40 tahun) mempunyai risiko berkisar 1,5-3 kali. Diperkirakan, satu dari lima kasus kanker usus besar di Amerika Serikat bisa diatributkan kepada perokok. Penelitian kohort dan kasus-kontrol dengan desain yang baik menunjukkan, merokok berhubungan dengan kenaikan risiko terbentuknya adenoma dan juga kenaikan risiko perubahan adenoma menjadi kanker usus besar. ''Karena itu untuk mencegah kejadian kejadian kanker usus besar dianjurkan untuk tidak merokok,'' kata Aru. Mengenai gejala kanker usus besar, Aru menyebut beberapa hal yang kerap dikeluhkan para penderita, yaitu:


*
Perdarahan pada usus besar yang ditandai dengan ditemukannya darah pada feses saat buang air besar.

*
Perubahan pada fungsi usus (diare atau sembelit) tanpa sebab yang jelas, lebih dari enam minggu.

*
Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.

*
Rasa sakit di perut atau bagian belakang.

*
Perut masih terasa penuh meskipun sudah buang air besar.

*
Rasa lelah yang terus-menerus

*
Kadang-kadang kanker dapat menjadi penghalang dalam usus besar yang tampak pada beberapa gejala seperti sembelit, rasa sakit, dan rasa kembung di perut.


Untuk menangani kanker usus besar, menurut Aru, terapi bedah merupakan cara yang paling efektif, utamanya bila dilakukan pada penyakit yang masih terlokalisir. Namun, bila sudah terjadi metastasis (penyebaran), penanganan menjadi lebih sulit. Tetapi, dengan berkembangnya kemoterapi dan radioterapi pada saat ini, memungkinkan penderita stadium lanjut atau pada kasus kekambuhan untuk menjalani terapi adjuvan. Terapi adjuvan adalah kemoterapi yang diberikan setelah tindakan operasi pada pasien kanker stadium III guna membunuh sisa-sisa sel kanker.

Saat ini, terapi adjuvan bisa dilakukan tanpa suntik (infus), melainkan dengan oral/tablet (Capacitabine). Ketersediaan capacitabine tablet memungkinkan pasien untuk menjalani kemoterapi di rumah yang tentu saja efektivitasnya lebih baik. ''Capacitabine juga merupakan kemoterapi oral yang aman dan bekerja sampai ke sel kanker,'' kata Aru yang juga menjabat sebagai ketua Komisi Terapi Adjuvan, Kelompok Kerja Adenokarsinoma Kolorektal Indonesia.

Jurus Menangkal Kanker Usus Besar
Mencegah jauh lebih baik ketimbang mengobati. Hal itu juga berlaku pada kanker usus besar. Agar tak sampai terjamah penyakit mematikan ini, lakukan upaya pencegahan. Simak tips pencegahan dari dokter Adil S Pasaribu SpB KBD berikut ini:


*
Hindari makanan tinggi lemak, protein, kalori, serta daging merah. Jangan lupakan konsumsi kalsium dan asam folat.

*
Setelah menjalani polipektomi adenoma disarankan pemberian suplemen kalsium.

*
Disarankan pula suplementasi vitamin E, dan D.

*
Makan buah dan sayuran setiap hari.

*
Pertahankan Indeks Massa Tubuh antara 18,5 - 25,0 kg/m2 sepanjang hidup.

*
Lakukan aktivitas fisik, semisal jalan cepat paling tidak 30 menit dalam sehari.

*
Hindari kebiasaan merokok.

*
Segera lakukan kolonoskopi dan polipektomi pada pasien yang ditemukan adanya polip.

*
Lakukan deteksi dini dengan tes darah samar sejak usia 40 tahun.



Sumber : http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=266724&kat_id=123