Senin, 19 Januari 2009

Anemia menurut pendapat bbrp DOkter.

Defisiensi Zat Besi dengan Bahan-bahan Alami : Mencegah & Mengatasi Anemia

Oleh : Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma




Darah manusia tersusun atas dua komponen utama yaitu:
· Plasma darah yaitu cairan tidak berwarna dalam darah yang berfungsi mengangkut air, mineral, ion dan sari-sari makanan ke seluruh jaringan tubuh.
· Sel darah yang terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit).

Dalam masyarakat dikenal penyakit kurang darah yang biasa disebut dengan anemia. Sebenarnya anemia bukanlah penyakit kurang darah. Definisi yang lebih tepat adalah kurangnya (defisiensi) sel darah merah karena kadar hemoglobin yang rendah dalam darah.

Jumlah rata - rata sel darah merah/mm³ pada laki-laki normal adalah 5.200.000, sedangkan pada wanita normal 4.700.000. Jika seseorang memiliki jumlah sel darah merah/mm³ kurang dari rata-rata jumlah normal, bisa dikatakan ia menderita anemia. Sel darah merah dibentuk di sumsum tulang. Dalam pembentukannya diperlukan vitamin B12 (sianokobalamin) dan asam folat.

Salah satu bagian yang menyusun sel darah merah adalah hemoglobin. Hemoglobin merupakan suatu struktur protein yang merupakan bagian dari sel darah merah dan yang menyebabkan warna merah pada darah. Hemoglobin bertugas mengikat oksigen dari paru-paru dan membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen semua jaringan tubuh.

Dalam pembentukan hemoglobin diperlukan zat besi. Zat besi merupakan salah satu komponen penyusun hemoglobin. Jika tubuh kekurangan zat besi (defisiensi zat besi), maka akan menghambat pembentukan hemoglobin yang berakibat pada terhambatnya pembentukan sel darah merah. Selanjutnya timbullah anemia akibat kekurangan zat besi yang disebut dengan anemia defisiensi zat besi.

Gejala-gejala orang yang mengalami anemia defisiensi zat besi:
· kelelahan, lemah, pucat dan kurang bergairah
· sakit kepala dan mudah marah
· tidak mampu berkonsentrasi dan rentan terhadap infeksi
· pada anemia yang kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan rapuh, pecah-pecah pada sudut mulut, lidah lunak dan sulit menelan.

Secara umum, anemia adalah salah satu akibat dari:
· kekurangan darah dalam jumlah banyak kerusakan sel-sel darah merah
· kekurangan bahan dasar untuk membuat sel darah merah seperti hemoglobin yang disebabkan oleh defisiensi zat besi
· kegagalan sumsum tulang untuk membuat sel darah merah dalam jumlah yang cukup besar.

Faktor-faktor penyebab terjadinya anemia defisiensi zat besi adalah:
· Kurangnya zat besi dalam makanan yang dikonsumsi
· Malabsorbsi zat besi ( penyerapan zat besi yang tidak optimal) akibat diare kronis, pembedahan tertentu pada saluran pencernaan seperti lambung. Zat besi diabsorpsi dari saluran pencernaan. Sebagian besar, zat besi diabsorpsi dari usus halus bagian atas terutama duodenum. Bila terjadi gangguan saluran pencernaan, maka absorpsi zat besi dari saluran pencernaan menjadi tidak optimal. Hal itu menyebabkan kurangnya kadar zat besi dalam tubuh sehingga pembentukan sel darah merah terhambat.
· Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang berat, luka, kanker dan perdarahan gastrointestinal akibat induksi obat. Kehilangan banyak darah tersebut menyebabkan terkurasnya cadangan zat besi dalam tubuh sehingga pembentukan sel darah merah terganggu.
· Kehamilan Suplai zat besi ibu dialihkan ke janin untuk pembentukan sel darah merah janin. Hal itu menyebabkan ibu tersebut kekurangan zat besi.

Pemeriksaan terhadap anemia defisiensi zat besi dilakukan dengan tes darah dan studi sumsum tulang. Bahan-bahan yang diperoleh dari alam dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kadar zat besi dalam tubuh. Bagi penderita anemia defisiensi zat besi, sebaiknyai:
· Mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat besi seperti bayam, dan lain-lain
· Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C ( asam askorbat) seperti jeruk, tomat, mangga dan lain-lain, sebab asam askorbat dapat meningkatkan penyerapan zat besi.

Pengobatan untuk penderita anemia defisiensi zat besi:
· 60 gram daun bayam merah direbus dengan air secukupnya. Selanjutnya ditambahkan satu kuning telur ayam kampung. Ramuan tersebut dapat dimakan.
· 100 gram kacang hijau + 10 butir angco direbus/ditim + 30 gram kismis, direbus hingga menjadi bubur cair, kemudian dimakan.
· 30 gram daun kacang panjang + 30 gram daun bayam duri + 25 gram lempuyang wangi, dicuci dan diblender dengan 100 cc air, disaring, airnya diminum.
· 30-50 buah buni yang matang + 20 buah murbei + 20 gram kunyit, diblender dengan menambahkan 100 cc air, tambahkan 1 sendok makan madu lalu diminum.

Catatan :
- Pilih satu resep dan lakukan secara teratur
- Untuk perebusan gunakan periuk tanah, panci enamel, atau panci kaca.

Sumber: hembing




Defisiensi Zat Besi dan Pola Makan serta Hubungan dengan Absorpsi Laktosa pada Anak 1-2 Tahun tanpa KKP di Posyandu Kelurahan Utan Kayu Selatan Jakarta


By: Laurentia Mihardja
Email: laurentia@litbang.depkes go.id
Center for Research an Development of Disease Control, NIHRD
Created: 1996

Keywords: Anemia; defisiensi besi; laktosa; kurang kalori protein (KKP); dietary recall; P5-BPPK
Subject: IRON-deficiency; ANEMIA
Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah di Indonesia. Hal ini antara lain disebabkan konsumsi besi heme yang tidak adekuat. Penelitian Lanzkowsky menunjukkan pada anak yang menderita anemia defisiensi besi terjadi penurunan enzim laktase yang mengakibatkan gangguan toleransi laktosa.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kejadian defisiensi besi pada anak 1-2 tahun tanpa KKP (kurang kalori protein), pola makannya serta hubungannya dengan absorpsi laktosa. Dilakukan studi cross sectional pada 54 anak berusia 1-2 tahun, tidak menderita KKP dan sehat secara klinis. Subjek dibagi atas 3 kelompok status besi yaitu normal, defisiensi besi tidak anemia dan anemia defisiensi besi. Dilakukan dietary recall untuk mendapatkan gambaran pola makan serta uji beban laktosa untuk mengukur kenaikan kadar glukosa dalam darah.

Dari penelitian ini didapatkan kejadian anemia defisiensi besi 5,6% dan defisiensi besi tanpa anemia 38,9%, asupan protein hewani (besi heme) sangat rendah kejadian malabsorpsi laktosa 68,5%, tidak terdapat perbedaan bermakna antara asupan zat besi yang berbeda dengan malabsorpsi laktosa, tidak terdapat perbedaan bermakna antara status besi berbeda dengan malabsorpsi laktosa (uji Chi-kuadrat p>0,05).
Copyrights:
Copyright © 2001 by Badan Litbang Kesehatan.
Verbatim copying and distribution is permitted in any medium, provided this notice is preserved.

For more information, contact:

DL Name: Badan Litbang Kesehatan
PublisherID: JKPKBPPK
Organization: Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
Contact: JIIPP Badan Litbang Kesehatan
Address: Jl. Percetakan Negara, 29
City: Jakarta Pusat
Region: Jakarta
Country: Indonesia
Phone: 021-4261088
Fax: 62-21-4243933
Admin Email: gdl-adm@litbang.depkes.go.id
CKO Email: gdl-lib@litbang.depkes.go.id





ANEMIA DEFISIENSI BESI
Bambang Permono, IDG Ugrasena, Mia Ratwita A
Divisi Hematologi – Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo
 
BATASAN
Anemia yg disebabkan kurangnya zat besi untuk sintesis hemoglobin.
 
PATOFISIOLOGI
Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan heme dan hemoglobin (Hb). Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb. Walaupun pembuatan eritrosit juga menurun, tiap eritrosit mengandung Hb lebih sedikit dari pada biasa sehingga timbul anemia hipokromik mikrositik.
ETIOLOGI
Kekurangan Fe dapat terjadi bila :
makanan tidak cukup mengandung Fe
komposisi makanan tidak baik untuk penyerapan Fe (banyak sayuran, kurang daging)
gangguan penyerapan Fe (penyakit usus, reseksi usus)
kebutuhan Fe meningkat (pertumbuhan yang cepat, pada bayi dan adolesensi, kehamilan)
perdarahan kronik atau berulang (epistaksis, hematemesis, ankilostomiasis).
 
EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari 50% penderita ini adalah ADB dan terutama mengenai bayi,anak sekolah, ibu hamil dan menyusui. Di Indonesia masih merupakan masalah gizi utama selain kekurangaan kalori protein, vitamin A dan yodium. Penelitian di Indonesia mendapatkan prevalensi ADB pada anak balita sekita 30-40%, pada anak sekolah 25-35% sedangkan hasil SKRT 1992 prevalensi ADB pada balita sebesar 55,5%. ADB mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak berupa gangguan tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya konsentrasi serta kemampuan belajar sehingga menurunkan prestasi belajar di sekolah.
 
DIAGNOSIS
I. Anamnesis
1. Riwayat faktor predisposisi dan etiologi :
Kebutuhan meningkat secara fisiologis
masa pertumbuhan yang cepat
menstruasi
infeksi kronis
Kurangnya besi yang diserap
asupan besi dari makanan tidak adekuat
malabsorpsi besi
Perdarahan
Perdarahan saluran cerna (tukak lambung, penyakit Crohn, colitis ulserativa)
2. Pucat, lemah, lesu, gejala pika
 
II. Pemeriksaan fisis
anemis, tidak disertai ikterus, organomegali dan limphadenopati
stomatitis angularis, atrofi papil lidah
ditemukan takikardi ,murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran jantung
 
III. Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin, Hct dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun
Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik
Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat , saturasi menurun
Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat
sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat
 
 
DIAGNOSIS BANDING
Anemia hipokromik mikrositik :
Thalasemia (khususnya thallasemia minor) :
Hb A2 meningkat
Feritin serum dan timbunan Fe tidak turun
Anemia karena infeksi menahun :
biasanya anemia normokromik normositik. Kadang-kadang terjadi anemia hipokromik mikrositik
Feritin serum dan timbunan Fe tidak turun
Keracunan timah hitam (Pb)
terdapat gejala lain keracunan P
Anemia sideroblastik :
terdapat ring sideroblastik pada pemeriksaan sumsum tulang
PENYULIT
Bila Hb sangat rendah dan keadaan ini berlangsung lama dapat terjadi payah jantung.
 
PENATALAKSANAAN
I.Medikamentosa
Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan. Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal.
Asam askorbat 100 mg/15 mg besi elemental (untuk meningkatkan absorbsi besi).
 
II. Bedah
Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena diverticulum Meckel.
 
III. Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi yang bersumber dari hewani (limfa,hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan)
 
IV. Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya )
Ke sub bagian terkait dengan etiologi dan komplikasi (Gizi, Infeksi, Pulmonologi, Gastro-Hepatologi, Kardiologi )
 
PEMANTAUAN
I.Terapi
Periksa kadar hemoglobin setiap 2 minggu
Kepatuhan orang tua dalam memberikan obat
Gejala sampingan pemberian zat besi yang bisa berupa gejala gangguan gastro-intestinal misalnya konstipasi, diare, rasa terbakar diulu hati, nyeri abdomen dan mual. Gejala lain dapat berupa pewarnaan gigi yang bersifat sementara.
II. Tumbuh Kembang
Penimbangan berat badan setiap bulan
Perubahan tingkah laku
Daya konsentrasi dan kemampuan belajar pada anak usia sekolah dengan konsultasi ke ahli psikologi
Aktifitas motorik
 
Langkah Promotif/Preventif
Upaya penanggulangan AKB diprioritaskan pada kelompok rawan yaitu BALITA,anak usia sekolah, ibu hamil dan menyusui, wanita usia subur termasuk remaja putri dan pekerja wanita. Upaya pencegahan efektif untuk menanggulangi AKB adalah dengan pola hidup sehat dan upaya-upaya pengendalian faktor penyebab dan predisposisi terjadinya AKB yaitu berupa penyuluhan kesehatan, memenuhi kebutuhan zat besi pada masa pertumbuhan cepat, infeksi kronis/berulang pemberantasan penyakit cacing dan fortifikasi besi.
 
 
DAFTAR PUSTAKA
Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in Clinical Practice. A Guide to Diagnosis and Management. New York; McGraw Hill, 1995 : 72-85.
Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematology and Oncology. Edisi ke-2. New York; Churchill Livingstone Inc, 1995 : 35-50.
Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Infancy and Childhood. Edisi ke-1. Philadelphia; Saunders, 1974 : 103-25.
Recht M, Pearson HA. Iron Deficiency Anemia. Dalam : McMillan JA, DeAngelis CD, Feigin RD, Warshaw JB, penyunting. Oski’s Pediatrics : Principles and Practice. Edisi ke-3. Philadelphia; Lippincott William & Wilkins, 1999 : 1447-8.
Schwart E. Iron Deficiency Anemia. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, Penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-16. Philadelphia ; Saunders, 2000 : 1469-71.
Oleh: dr. Samsuridjal Djauzi
Kasus:
"SETELAH melahirkan anak kedua, sejak enam bulan lalu saya sering merasa lemas. Sejak itu kebiasaan naik tangga dua sampai tiga lantai di kantor tak dapat saya jalani lagi. Saya harus naik lift agar tidak merasa sesak napas. Teman-teman juga mengatakan, saya agak pucat. Saya berkonsultasi dengan dokter dan dinyatakan menderita anemia. Hemoglobin saya hanya 8 gram. Pemeriksaan lanjutan dengan laboratorium menyimpulkan bahwa saya menderita anemia karena kekurangan zat besi. Saya agak terkejut mendengar kesimpulan tersebut. Namun, dokter yang mengobati saya mengatakan, penyakit anemia kurang zat besi memang sering didapatkan pada perempuan. Ia mengatakan tidak perlu khawatir karena penyakit itu bukan penyakit serius. Saat ini saya mendapat obat yang mengandung zat besi setiap hari. Saya kurang memahami kenapa perempuan lebih sering terkena anemia kekurangan zat besi. Apakah karena pola makan ataukah ada sebab lain? Makanan apa yang banyak mengandung zat besi? Berapa lama saya harus makan tablet yang mengandung zat besi karena sejak makan obat tersebut saya agak merasa mual. Apakah keluhan saya itu merupakan efek samping dari obat itu? Umur saya sekarang 32 tahun. Suami saya masih menginginkan punya seorang anak lagi karena kami belum mempunyai anak perempuan. Sebenarnya saya sendiri sudah capek untuk hamil dan melahirkan lagi. Apakah perempuan yang kurang darah boleh hamil lagi? Bagaimana nasihat dokter mengenai hal ini. Kami akan membahas kembali rencana kehamilan itu setelah mendapat penjelasan dari dokter. Terima kasih."
(Sulastri, Tangerang)
Jawab:
ANEMIA akibat kekurangan besi (defisiensi besi) memang masih kerap dijumpai. Diperkirakan sekitar 500 juta orang mengalami anemia defisiensi besi, sebagian besar berada di negara berkembang.
Kelainan ini dapat terjadi di segala umur, namun yang paling sering terjadi pada anak dalam masa pertumbuhan. Perempuan juga sering mengalami anemia defisiensi besi akibat perdarahan pada waktu menstruasi maupun melahirkan.
Anemia defisiensi besi dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, kurang asupan zat besi karena makanan yang kurang mengandung protein hewani, serta perdarahan.
Penelitian yang dilakukan di Sumatera Barat, Jawa Tengah, dan Bali menunjukkan sekitar 50 persen penduduk pedesaan mengalami anemia defisiensi besi dan sekitar 40 persen disertai dengan infeksi cacing tambang. Perubahan pola makan dan pemberantasan cacing dapat mengurangi kejadian penyakit anemia defisiensi besi ini.
Anemia dapat menurunkan produktivitas kerja karena timbulnya gejala lemah dan kurang tenaga. Seperti diketahui, sel darah merah berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh melalui hemoglobin. Nah, karena hemoglobin Anda rendah, proses pengangkutan oksigen kurang berjalan dengan baik. Jaringan tubuh Anda membutuhkan oksigen lebih banyak sehingga dapat menimbulkan gejala lemah, sesak napas, dan berdebar-debar.
Seperti disebutkan di atas, salah satu penyebab anemia defisiensi besi pada perempuan adalah perdarahan, baik lewat menstruasi maupun saat melahirkan. Selain itu, biasanya dalam rumah tangga menu maupun porsi makanan lelaki lebih diutamakan daripada perempuan. Maka, bapak dan anak laki-laki menghabiskan protein hewani sedangkan anak perempuan serta ibu makan makanan yang tersisa. Jadi, juga ada permasalahan ketimpangan jender.
Pada kenyataannya, anak perempuan dan ibu rumah tangga membutuhkan makanan yang bergizi dan mengandung zat besi yang cukup. Sebab lain perdarahan adalah perdarahan saluran cerna baik yang tampak nyata maupun yang terjadi sedikit-sedikit, tetapi lama.
Pengobatan anemia defisiensi besi adalah dengan cara mencari penyebabnya. Penyebab anemia harus dihilangkan sehingga anemia tidak berjalan terus-menerus. Pada umumnya terapi memang diberikan dalam bentuk tablet yang mengandung 150-200 mg zat besi, diberikan 1 jam sebelum makan.
Biasanya setelah 3-4 minggu, kadar zat besi sudah mulai menaik, namun terapi harus diteruskan sampai defisiensi zat besi teratasi. Memang benar terapi ini dapat menimbulkan efek samping, yaitu berupa rasa mual dan sembelit.
Selain pemberian terapi tablet yang mengandung zat besi, penderita dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi, seperti daging. Jika masalah dapat diatasi dengan pemberian makanan dan tablet, transfusi darah biasanya tidak perlu dilakukan. Tindakan transfusi hanya dilakukan jika terjadi kehilangan darah yang cepat sehingga dapat mengganggu fungsi tubuh.
Untuk mempersiapkan kehamilan, ibu harus dalam keadaan sehat serta juga secara mental siap untuk hamil. Jika ada anemia, penyakit itu harus diobati terlebih dulu sampai baik.
Mengenai keinginan suami untuk punya anak lagi tentu dapat Anda bahas dengan suami. Selain keinginan suami, suami Anda sebaiknya juga mendengar pendapat Anda. Jadi, ungkapkanlah apa yang Anda rasakan agar suami juga dapat memahami perasaan Anda.
Komunikasi yang baik dalam keluarga akan meningkatkan keserasian dan juga merupakan faktor pendukung dalam menjaga kesehatan anggota keluarga.
Semoga terapi anemia Anda dapat berhasil dengan baik. *
Anemia
hendra: Wednesday, April 06, 2005 5:16 PM
 
Pertanyaan:

Dengan Hormat,

Saya pernah checkup tiga kali dan hasilnya adalah saya didiagnosa kemungkinan mengalami anemia, pada waktu saya berobat ke spesialis penyakit dalamdidapat bahwa saya kekurangan zat besi dan positif anemia, memang sehari2 gejala anemia melekat pada saya, sering capek,letih,dan pasti mengantuk (perlu diketahui saya kerja didalam kantor dan kalau malam kuliah) disore hari dan malam pada saat kuliah. Setiap hari saya minum sangobian untuk menambah zat besi tetapi tetap saja gejala letih, lesu, lemah dan ngantuk tidak hilang, bagaimana mengatasinya dan apa efeknya kedepan kalau hal ini terus2 terjadi.

Terima Kasih
 
Jawaban:
Sebelumnya terima kasih atas pertanyaannya.

Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar hemoglobin (Hb) lebih rendah dari nilai normal. Pada pria dikatakan anemia bila kadar Hb < 14 g/dl, sedangkan pada wanita bila kadar Hb < 12 g/dl. Anemia bisa diakibatkan oleh bermacam-macam sebab, antara lain:

1) Penurunan produksi sel darah merah (misalnya anemia defisiensi)
2) Peningkatan penghancuran sel darah merah (misalnya anemia karena perdarahan)

Kebutuhan zat besi (Fe) dalam makanan sekitar 20 mg sehari, dari jumlah ini hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Anemia defisiensi besi umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia paling banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang. Infestasi cacing tambang pada seseorang dengan makanan yang baik tidak akan menimbulkan anemia. Bila disertai malnutrisi, baru akan terjadi anemia. Penyebab lain dari anemia defisiensi adalah:

- Asupan makanan yang tidak mencukupi
- Absorpsi (penyerapan makanan) yang menurun
- Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan, menyusui
- Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah
- Hemoglobinuria
- Penyimpanan besi yang berkurang

Selain gejala-gejala umum anemia, seperti mudah lelah, letih, mudah mengantuk, defisiensi zat besi yang berat akan mengakibatkan perubahan kulit dan mukosa yang semakin lama semakin berat, seperti lidah yang halus, dll. Selain itu didapatkan pula tanda-tanda kurang gizi.

Untuk mengatasi anemia defisiensi besi dapat dilakukan antara lain:
1) Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada cacingan diberikan pengobatan yang sesuai.
2) Pemberian preparat besi.

Dalam mendiagnosis anemia tidak hanya berdasarkan gejala-gejala yang dikeluhkan pasien. Namun, juga dari pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter. Terlebih anemia tidak hanya disebabkan oleh kekurangan zat besi, namun dapat oleh sebab lain. Untuk lebih jelasnya, biasanya dokter meminta dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan apusan darah tepi untuk melihat sel darah merah (ukuran, bentuk, dll).

Mengkonsumsi Sangobion (salah satu obat yang mengandung zat besi) belum tentu dapat mengobati penyakit. Karena kalaupun didiagnosis anemia defisiensi besi, masih harus diteliti pula apakah hal ini disebabkan oleh asupannya yang kurang, penyerapannya, ataupun penyimpanannya yang mengalami gangguan.

Jika hal ini tidak ditangani, dapat timbul berbagai kerusakan organ di kemudian hari akibat kurangnya kemampuan sel darah merah terutama dalam mensuplai oksigen ke jaringan. Kerusakan organ yang paling fatal tentu saja bila mengenai jantung dan otak.

Jadi saya menyarankan agar Saudara segera berkonsultasi kepada dokter mengenai keluhan yang dialami dan jangan lupa menceritakan pengobatan apa saja yang sudah Saudara lakukan.

Demikian jawaban saya, semoga dapat bermanfaat.

Wassalam


(Dr. Ida Ratna)

2 komentar: